Kamis, 27 September 2012



CON CHRISTO EN EL CORAZON DEL MUNDO
WITH CHRIST AT THE HEART OF THE WORLD

Tulisan ini adalah catatan perjalanan 5-22 Agustus 2011 selama berada di Loyola-Madrid, Spanyol. Terdiri dari tiga bagian besar, yaitu hari-hari awal (meliputi misa pembukaan Magis dan misa perutusan), hari-hari Peregrinasi (Berziarah) dari Loyola ke Navarette, dan hari puncak misa World Youth Day yang dipimpin Paus di Madrid.

Bagian I. 

5 Agustus 2011, 14.30 waktu setempat.  “Loiola, saya datang, bisikku, ketika bis membelok ke suatu pelataran. Tampak sebuah basilika megah sebelum akhirnya bis berhenti. Tahulah saya bahwa kami sudah tiba di Loyola. Hatiku bergetar dan jantungku berdegup lebih kencang. Inilah tempat Spiritualitas Ignasian bermula, tempat  Inigo dilahirkan secara fisik maupun batin. Takjub hatiku ketika menginjakkan kaki ke tanah Loyola. Jiwaku disergap oleh rasa tak percaya. Siapakah aku Tuhan sehingga Engkau mengijinkanku berada di tempat ini? Inilah salah satu alasan mengapa pergi ke Spanyol menggembirakan hati. Sungguh pentinglah sosok Inigo bagiku karena dari orang ini saya belajar menemukan arti diriku diciptakan.

Pada hari berikutnya pk. 10.00 misa pembukaan Magis. Bersama tiga ribu peziarah lainnya saya duduk di halaman hijau Puri Loyola. Disela keriuhan situasi, hatiku tenang dan hangat bermandikan cahaya matahari. Kulayangkan pandanganku ke bukit-bukit menghijau yang mengelilingi Loyola, bukit-bukit yang mestinya pernah juga dipandangi oleh Inigo. Kuhirup udara tempat ia pernah hidup. Semuanya itu masih dibingkai oleh langit biru jernih. Inilah tempat ketika terbuka hati dan budi Inigo untuk Kau sentuh dan Kau bentuk menjadi seperti yang Kau mau.” Saya diingatkan untuk hidup secara MAGIS, terbuka terhadap diri sendiri, sesame dan Tuhan. Apa artinya ini untukku? 


Bantulah aku ya  Tuhan, untuk menemukan kehandakMu atas diriku[1]

Esok harinya pada misa perutusan yang dipimpin oleh Romo Jendral Serikat Yesus di halaman basilika lebih dari seratus jesuit berarak dengan anggun dan penuh senyum. Kusadari diriku duduk di antara 3000-an orang dari berbagai negeri dan saya, entah bagaimana, menemukan peneguhan sebagai Sahabat Setia Yesus (Faithful Companion of Jesus/FCJ). Alasan awal paling sederhana menjadi biarawati adalah karena saya tidak mau terperangkap dalam lingkup sempit satu keluarga, yang untuk itu mesti mengambil sumpah tinggal di satu tempat seumur hidup bersama pasangan.  

 Saya menginginkan ruang  yang luas, bisa terbang menembus batas-batas budaya sendiri dan menjadi “milik” dunia. Sekarang kurasakan syukur mendalam karena pilihan tersebut. Saya berada di antara orang dengan berbagai ragam bahasa dan bangsa, serta merasa menyatu dengan mereka dalam satu ikatan: Spiritualitas Ignasian.  

Bacaan KS pada misa perutusan diambil dari 1 Raja-Raja 19: 9-13 mengenai Elia yang bersembunyi di gua karena ketakutanm dikejar-kejar oleh orang Israel, dan Mateus 14: 22-33 mengenai Yesus yang berjalan di atas air. Keterbukaan – sensitif – fokus adalah inti  pesan yang disampaikan Romo Jendral dalam homilinya, yang kebenarannya akan terlihat  pada hari-hari selanjutnya:
                                                                          
keterbukaan – sensitif – fokus.

I felt that God wanted to communicate to me in different ways. For instance, whilst getting the altar reeady I repeated with great feeling and in aloud voice, “Where do You want to take me, Lord? (...) On saying these words I wondered to myself where He might lead me. (...) “Lord, where am I going, or where are You taking me? Following you I cannot get lost.” (The Spiritual Diary  of St. Ignatius Loyola 113-114)
 
Ketakutan yang diikuti dengan tindakan bersembunyi dalam kegelapan tidak memungkinkan kita   mampu melihat Tuhan. “Keluarlah dari gua Elia, sebab Aku lewat”. Dan setelah keluar dari gua pun, Elijah masih harus belajar bahwa Tuhan tidak hadir dalam halilintar ataupun dalam gempa yang menggelegar melainkan dalam bunyi angin sepoi-sepoi basa. Dan jika fokus kita adalah diri sendiri, kita akan tenggelam.  Namun jika fokus kita    adalah Yesus maka segala sesuatu dapat dijalani dan kita akan selamat. 
Jadi undangannya sangat jelas, keluar dari tempat persembunyian dan fokus memandang Tuhan. (bersambung)


[1] The Pilgrim’s Handbook, p. 168.