Selasa, 02 Oktober 2012



Tak  ada sesuatu pun  yang dapat memisahkanku dari kasih Kristus
(Nothing Can Separate Me From the Love of God)




Lynne FCJ, MaryAnne FCJ, dan Anouska FCJ (tiga suster FCJ dari United Kingdom - Inggris) mengajakku berkunjung ke kapel kecil di atas bukit, 20 menit berjalan kaki dari Loyola. Ke tempat ini konon menurut cerita, Inigo sering datang untuk berdoa.  Pk. 14.00 kami mulai berjalan menyusuri jalur indah menaiki bukit. Cuaca cerah, langit biru, bumi hijau. Sungguh, tempat yang indah. Sempurna.  Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu dan bermazmur bagi-Mu (Mzm. 66: 4).
Kapel yang kami tuju merupakan bangunan sederhana.  Sangkaku itu adalah rumah penduduk namun nyatanya itulah kapel tujuan kami. Bangunannya terbuat dari batu, berpintu satu, dan berlantai kayu dengan kapasitas tak lebih untuk lima puluh orang. Nampak tua dan sunyi. Tidak ada Corpus Christo melainkan patung kecil Bunda Maria memeluk Bayi Yesus. Dibandingkan dengan Basilika Loyola, bangunan ini hampir-hampir tak ada artinya. Begitu masuk, atmosfer hening dan roh yang lembut seketika menyambutku. Lampu tidak dinyalakan sehingga suasana remang-remang. Dalam hening 30 menit kami duduk di hadapan Tuhan. UndanganNya bagiku hanyalah duduk, hadir di hadapanNya, hening. Hatiku dipenuhi oleh kebahagiaan dan kedamaian. Dari jauh terdengar sayup-sayup lonceng gereja dengan nada “Ave maria”. Lembut merasuki hatiku.  Tak heran jika St. Ignasius mencintai tempat ini. 
Sebelum kami keluar, Lynne mengusulkan kalau para FCJ bisa bersama bersujud di depan altar dan menyanyikan lagu Magnificat. Begitu kami berempat sujud di hadapan Maria, air mataku mulai berlinang-linang. Kekuatanku kurasakan meleleh di hadapan Maria. Dalam rasa tidak pantas dan penuh kelemahan diri kami menghadap Maria, mengharap bantuannya agar semakin mampu mengasihi Puteranya. Dan ia berdiri di sana, tersenyum. Persahabatan FCJ kurasakan begitu kuat di antara kami dan untuk beberapa saat aku tidak bisa menyanyi sebab perasaanku tercekat oleh air mata. Sebelum pulang, kupeluk MaryAnne dan kukatakan, “Aku sangat bahagia menjadi Sahabat Setia Yesus. Tidak ada satupun yang dapat memisahkanku dari kasih Tuhan, tidak penderitaan maupun duka cita, tidak kesulitan, penganiayaan, pun kematian. Ia menjawab,Aku pun demikian.  

Untuk menyandang nama ini, Sahabat Setia  Yesus, aku akan memberikan segala yang kupunya – seluruh diriku (Marie Madeleine – pendiri FCJ).