CON CHRISTO EN EL CORAZON DEL MUNDO
WITH
CHRIST AT THE HEART OF THE WORLD
Tulisan ini
adalah catatan perjalanan 5-22 Agustus 2011 selama berada di Loyola-Madrid,
Spanyol. Terdiri dari tiga bagian besar, yaitu hari-hari awal (meliputi misa
pembukaan Magis dan misa perutusan), hari-hari Peregrinasi (Berziarah) dari Loyola ke
Navarette, dan hari puncak misa World Youth Day yang dipimpin Paus di Madrid.
Bagian I.
5 Agustus 2011, 14.30 waktu
setempat. “Loiola, saya datang,”
bisikku,
ketika bis
membelok ke suatu pelataran.
Tampak sebuah
basilika megah sebelum akhirnya bis berhenti. Tahulah saya bahwa kami sudah tiba
di Loyola. Hatiku bergetar dan jantungku berdegup lebih kencang. Inilah tempat
Spiritualitas Ignasian bermula, tempat
Inigo dilahirkan secara fisik maupun batin. Takjub hatiku ketika
menginjakkan kaki ke tanah Loyola. Jiwaku disergap oleh rasa tak percaya. “Siapakah aku Tuhan sehingga
Engkau mengijinkanku berada di tempat ini?” Inilah salah
satu alasan mengapa pergi ke Spanyol menggembirakan hati. Sungguh pentinglah
sosok Inigo bagiku karena dari orang ini saya belajar menemukan arti diriku
diciptakan.
Pada hari
berikutnya pk. 10.00 misa
pembukaan Magis. Bersama
tiga ribu peziarah lainnya saya duduk di halaman hijau Puri Loyola. Disela keriuhan
situasi, hatiku tenang dan hangat bermandikan cahaya matahari. Kulayangkan
pandanganku ke bukit-bukit menghijau yang mengelilingi Loyola, bukit-bukit yang
mestinya pernah juga dipandangi oleh Inigo. Kuhirup udara tempat ia pernah
hidup. Semuanya itu masih dibingkai oleh langit biru jernih. “Inilah tempat ketika terbuka hati
dan budi Inigo untuk Kau sentuh dan Kau bentuk menjadi seperti yang Kau mau.”
Saya diingatkan
untuk hidup secara MAGIS, terbuka terhadap diri sendiri, sesame dan Tuhan. Apa
artinya ini untukku?
Bantulah aku ya Tuhan, untuk menemukan kehandakMu atas diriku[1]
Esok harinya pada
misa perutusan yang dipimpin
oleh Romo Jendral Serikat Yesus di halaman basilika lebih dari seratus jesuit berarak
dengan anggun dan
penuh senyum. Kusadari diriku duduk di antara 3000-an orang dari berbagai negeri dan
saya, entah bagaimana, menemukan peneguhan sebagai Sahabat Setia Yesus
(Faithful Companion of Jesus/FCJ). Alasan awal paling sederhana menjadi
biarawati adalah karena saya tidak mau terperangkap dalam lingkup sempit satu
keluarga, yang untuk itu
mesti mengambil sumpah tinggal di satu tempat seumur hidup bersama pasangan.
Saya menginginkan
ruang yang luas, bisa terbang menembus
batas-batas budaya sendiri dan menjadi “milik” dunia. Sekarang kurasakan syukur mendalam karena
pilihan tersebut. Saya berada di
antara orang dengan berbagai ragam bahasa dan bangsa, serta merasa menyatu dengan mereka
dalam satu ikatan: Spiritualitas
Ignasian.
Bacaan
KS pada misa perutusan diambil
dari 1 Raja-Raja 19:
9-13 mengenai Elia yang bersembunyi di gua karena ketakutanm dikejar-kejar oleh
orang Israel,
dan Mateus 14:
22-33 mengenai Yesus yang berjalan di atas air. Keterbukaan
– sensitif
– fokus adalah inti pesan yang disampaikan Romo Jendral dalam homilinya, yang
kebenarannya akan
terlihat pada
hari-hari selanjutnya:
keterbukaan
– sensitif
– fokus.
I felt that God wanted to communicate to me in different ways. For
instance, whilst getting the altar reeady I repeated with great feeling and
in aloud voice, “Where do You want to take me, Lord? (...) On saying these
words I wondered to myself where He might lead me. (...) “Lord, where am I
going, or where are You taking me? Following you I cannot get lost.” (The
Spiritual Diary of St. Ignatius
Loyola 113-114)
|
Ketakutan
yang diikuti dengan tindakan bersembunyi dalam kegelapan tidak memungkinkan
kita mampu melihat
Tuhan. “Keluarlah dari gua Elia, sebab Aku lewat”. Dan setelah
keluar dari gua
pun, Elijah masih harus belajar bahwa Tuhan tidak hadir dalam halilintar ataupun dalam gempa yang menggelegar
melainkan dalam bunyi angin sepoi-sepoi basa. Dan jika
fokus kita adalah diri sendiri, kita akan tenggelam. Namun jika fokus kita adalah
Yesus maka segala sesuatu dapat dijalani dan kita akan selamat.
Jadi
undangannya sangat jelas, keluar dari tempat persembunyian dan fokus memandang
Tuhan. (bersambung)